Janganlah melakukan perbuatan yang dapat mengurangi pahala puasa. Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh rahmat dan disinilah kita berlatih untuk mengendalikan diri. Bulan Suci ini kita diharapkan dapat mensucikan jiwa dari dosa yang telah kita perbuat di hari-hari sebelumnya. Puasa di bulan Ramadhan dapat memelihara dan mengontol nafsu dan dapat pula meningkatkan kesehatan seseorang. Ajaib bukan? Itulah salah satu keajaiban puasa. Seseorang yang menahan lapar malah semakin sehat, karena dalam puasa pola makan kita semakin teratur.
Perjuangan yang kita lalui di bulan Ramadhan ini cukup berat, karena menahan hawa nafsu bagi seseorang sangatlah susah, terlebih yang masih latihan puasa. Maka dari itu jangan sia-siakan pahala yang akan kita dapat dalam puasa bulan Ramadhan ini. Kita harus memelihara bulan Ramadhan ini dan jangan sia-siakan pahala yang akan kita dapatkan dengan melakukan perbuatan yang bisa merusak pahala puasa.
Inilah beberapa perkara yang merusak pahala puasa:
1. Perkataan Palsu
Dari Abi Hurairah : Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya):
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan mengamalkannya, Allah tidak ada butuh perbuatannya meninggalkan makan dan minumnya.” (HR Bukhori (4/99).
2. Berkata dan berbuat sia-sia
Dari Abu Hurairah : Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya):
“Puasa bukanlah dari makan, minum (semata), tapi puasa itu menahan diri dari perbuatan sia-sia dan keji, jika ada orang yang mencelamu, katakanlah : “Aku sedang puasa, Aku sedang puasa.” (HR Ibnu Khuzaimah (1996), Al-Hakim (1/430- 431). sanadnya SHAHIH)
Oleh karena itu Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam mengancam dengan ancaman yang keras kepada orang-orang yang berbuat sifat-sifat tercela ini.
Beliau pernah bersabda (yang artinya): “Banyak orang yang puasa, bagiannya dari puasa hanyalah lapar dan haus.” (HR Ibnu Majah (1/539), Darimi (2/221), ). Ahmad (2/441, 373), Baihaqi (4/270) dari jalan Said Al-Maqbari dari Abu Hurairah, sanadnya SHAHIH).
Dan sebab terjadinya demikian adalah bahwa orang-orang yang melakukan hal tersebut tidak memahaminya, sehingga Allah memberikan keputusan atas perbuatan tersebut dengan tidak memberikan pahala kepadanya. (lihat Riyadhush Shalihin (1215)).
